- Back to Home »
- Orang-orang Yang Menolak Kebenaran, Hatinya Akan Keras Seperti Batu
Sabtu, 22 Juni 2013
Allah ta’ala berfirman, mengkhabarkan tentang keadaan orang-orang kafir (artinya) :
“Bukankah mereka berjalan di atas muka bumi, lalu (bukankah) mereka pun
memiliki hati yang mereka bisa berpikir dengannya, atau memiliki
telinga yang mereka bisa mendengar dengannya. Maka sesungguhnya bukanlah
mata mereka yang buta, akan tetapi yang buta adalah hati yang ada di
dalam dada” (Al-Hajj : 46)
“Dan sungguh Kami telah jadikan
banyak dari penghuni neraka Jahanam dari kalangan jin dan manusia,
mereka memiliki hati, akan tetapi tidak digunakan untuk memahami, dan
mereka memiliki mata, akan tetapi tidak digunakan untuk melihat, dan
mereka pun memiliki telinga, tetapi tidak digunakan untuk mendengar,
mereka bagaikan binatang ternak, bahkan mereka lebih sesat, mereka lah
orang-orang yang lalai” ( Al A’raaf : 179 )
“Kemudian setelah itu, hati kalian mengeras bagaikan kerasnya batu, bahkan lebih keras lagi (dari batu)” (Al Baqarah : 74)
Berkaitan dengan surat Al Baqarah ayat 74, dari Ibnu ‘Abbas
radhiyallahu ‘anhu, Al ‘Aufi dalam kitab tafsirnya menjelaskan, tatkala
ada seorang yang terbunuh di kalangan Bani Israil, para manusia
berselisih tentang siapakah pembunuh orang tersebut. Kemudian Allah
ta’ala perintahkan kepada Bani Isra’il untuk menyembelih seekor sapi
betina. Kemudian Allah ta’ala perintahkan untuk memukulkan salah satu
bagian dari tubuh sapi betina tersebut ke badan mayat. Maka tatkala
mayat tersebut dipukul dengan salah satu anggota badan sapi betina,
seketika itu mayat tersebut hidup kembali. Lalu ditanyakan kepadanya :
“Siapakah yang membunuh dirimu?” Lantas orang tersebut menjlaskan, “yang
membunuh diriku adalah anak-anak saudaraku”, kemudian orang tersebut
mati kembali.
Akan tetapi orang-orang yang tertuduh tadi
mengatakan, “Demi Allah, kami tidaklah membunuhnya”. Maka dengan
perkataan mereka ini, mereka telah mendustakan kebenaran setelah mereka
menyaksikan kebenaran tersebut.” (Lihat Tafsir Ibnu Katsir untuk Surat
Al Baqarah ayat 74, Asy Syamilah)
Maka seiring berjalannya
waktu, hati orang-orang Bani Isra’il menjadi semakin mengeras dan mereka
semakin enggan menerima pelajaran dan nasehat, walaupun mereka telah
menyaksikan kebenaran pada ayat-ayat Allah dan mukjizat-mukjizat-Nya.
Hati mereka sebagaimana yang Allah ta’ala firmankan, mengeras
sebagaimana kerasnya batu, atau bahkan lebih keras lagi dari batu, tidak
dapat dilembutkan.
Sesungguhnya di antara celah bebatuan masih
bisa mengalirkan mata air yang mengaliri sungai-sungai. Di antara
bebatuan, ada juga yang terbelah sehingga keluar darinya air, meskipun
air tersebut tidak mengalir. Ada pula bebatuan yang meluncur jatuh dari
puncak gunung, dikarenakan takut kepada Allah subhaanahu wa ta’ala,
sebagaimana Allah ta’ala firmankan :
“Langit yang tujuh, begitu
pula bumi, dan seluruh yang ada di dalamnya, seluruhnya bertasbih
(mensucikan) Allah ta’ala, dan tidaklah ada sesuatu pun melainkan
seluruhnya bertasbih memuji-Nya, akan tetapi kalian tidak mengerti
(bagaimana) tasbih-tasbih mereka. Sesungguhnya Dia-lah Dzat yang Maha
Penyantun dan Maha Pengampun” (Al Israa’ : 44) (Lihat Tafsir Ibnu Katsir
tentang surat Al Baqarah ayat 74)
Demikianlah keadaan
orang-orang Bani Isra’il, orang Yahudi, orang Nashrani serta orang-orang
musyrik dan orang sesat lainnya. Hati mereka telah mati, mengeras dan
membatu. Bahkan kerasnya bebatuan pun tidak sanggup menandingi kerasnya
hati mereka. Bebatuan masih bisa merasa takut kepada Allah dan masih
bisa mengalirkan air dari sela-sela dirinya. Adapun hati orang-orang
yang menyimpang, sama sekali mereka tidak merasa takut kepada Allah
subhaanahu wa ta’ala.
Penyebabnya adalah karena mereka
berpaling dari kebenaran, setelah mereka mengetahui kebenaran tersebut.
Sebagaimana Allah ta’ala firmankan :
“Tatkala mereka menyimpang
(dari kebenaran), maka sekalian Allah akan simpangkan hati mereka, dan
Allah tidaklah memberi petunjuk kepada orang-orang yang fasik” (As Shaf :
5)
Syaikh As Sa’diy rahimahullahu mengatakan, “Salah satu
puncak kelancangan dan kesesatan adalah tatkala seorang manusia
mengetahui kebenaran, lantas meninggalkannya. Mereka berpaling dari
kebenaran dengan maksud dan keinginan mereka. Maka Allah ta’ala akan
semakin memalingkan hati mereka dari kebenaran, sebagai hukuman bagi
mereka, atas kesesatan yang mereka pilih. Allah tidak akan memberi
petunjuk kepada mereka, karena mereka tidaklah pantas untuk menerima
kebaikan, tidak pantas bagi mereka melainkan kebinasaan. (Taisir
Karimirrahman, Cetakan Maktabah Ar Rusyd, halaman 758)
Maka
berpaling dari kebenaran, berpaling dari Al Quran dan As Sunnah
merupakan sebab yang paling utama yang membuat hati manusia mengeras dan
membatu. Sebagaimana hal ini menimpa Bani Isra’il dan yang semisalnya.
Berpaling dari kebenaran, inilah ciri khas yang dimiliki oleh para ahli
bid’ah. Ahli bid’ah, mereka enggan untuk menerima kebenaran, meskipun
telah nampak jelas kebenaran tersebut datang dari Allah ta’ala dan
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Inilah perbedaan yang sangat
mencolok antara ahlus sunnah wal jama’ah dengan ahli bid’ah.
Ahli sunnah bukanlah seluruhnya orang-orang yang selalu benar dan
terlindung dari kesalahan, ahlus sunnah bukanlah seluruhnya orang yang
memiliki ilmu yang tinggi. Akan tetapi ahlu sunnah, merekalah ahlul
ittiba’ kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, yaitu
orang-orang yang senantiasa berusaha mengikuti kebenaran dan petunjuk
dari Al Quran dan As Sunnah.

Diberdayakan oleh Blogger.