- Back to Home »
- KUNCI DOA MENJAGA KESELAMATAN ABADI
Kamis, 27 Februari 2014
Bal’am
bin Baura yang hidup pada masa Nabi Musa ‘alaihissalam. Hidup dengan
iman pada awalnya, namun mati secara tragis menjadi murtad pada akhir
hayatnya. Naudzubillah. Dan lihatlah kisah Arrajal yang hidup beriman
pada awalnya bersama nabi Muhammad Shallallahu 'Alaihi Wasallam, namun
mati dalam kemurtadan karena mengikuti nabi palsu Musailamah Al-Kadzab.
Semoga Allah mematri iman kita dalam hati. Kita berlindung kepada Allah agar
jangan sampai seperti Abdullah bin Abdurrahim yang mati naas dalam
murtadnya karena cinta butanya kepada seorang wanita Nashrani. Padahal
amatlah disayang, Abdullah bin Abdirrahim adalah seorang penghafal
Qur’an dan seorang mujahid.
Beberapa contoh di atas seolah-olah
menegaskan kepada kita bahwa tiada satu pun yang dapat menjamin akan
seperti apa iman kita kelak saat maut menjemput. Tidak ada yang bisa
memastikan kuatnya iman kita saat ini akan sama keadaannya saat ruh kita
kembali ke Penciptanya. Barangkali itulah kenapa, dalam penghambaan
kita kepada Dzat yang Mahasuci, kita senantiasa diperintahkan untuk
istiqomah.
Ya, istiqomah dalam zikir, do’a, ibadah,
bermunajat, mengkaji Qur’an, menghafalnya, bermajlis ilmu, berkumpul
dengan orang shalih dan selainnya. Usaha demikian ini Insya Allah iman
dan taqwa dalam hati selalu terpatri sampai mati. Itulah yang Allah
perintahkan, “Dan sembahlah Rabbmu sampai datangnya kematian.” (Q.S
Al-Hijr:99).
Ibadah yang kita kita tegakkan, dzikir yang selalu
kita lantunkan, sedekah yang kita keluarkan; semua itu tidak dilakukan
kecuali hanya sampai habis jatah hidup kita di dunia ini. Alangkah
bahagianya apabila yang menjadi penutup hayat kita adalah suatu amalan
yang terpuji, karena “Sesungguhnya amalan itu (tergantung) dengan
penutupnya.” (HR. Bukhari dan selainnya).
Baik buruknya hidup
kita tergantung pada amalan terakhir kita. Hendaknya kita konsisten
menjaga iman yang selalu mengakar kuat dalam sanubari supaya kita pun
mati dalam keadaan yang Allah ridhai, “ … dan janganlah kalian mati
melainkan dalam keadaan muslim (berserah diri).” (Q.S Ali ‘Imran: 102)
Al-Qur’an juga telah mengajarkan kepada kita doa yang indah untuk
dimunajatkan kepada-Nya, “Ya Rabb kami, janganlah engkau jadikan hati
kami condong kepada kesesatan sesudah Engkau beri petunjuk kepada kami,
dan karuniakanlah kepada kami rahmat dari sisi Engkau; karena
sesungguhnya Engkaulah Maha Pemberi (karunia).” (QS. Ali ‘Imran: 8)
Sungguh, tiada hal yang indah kecuali Allah menetapkan hati kita untuk taat pada agama mulia ini.
يَا مُقَلِّبَ الْقُلُوْبِ، ثَبِّتْ قَلْبِي عَلَى دِيْنِكَ
“Yaa Muqallibal Quluub, tsabbit qolbi ‘ala diinik. Wahai Dzat yang
membolak-balikkan hati, teguhkanlah hati kami di atas agama-Mu.” (HR.
Ahmad dan At-Tirmidzi).
اللَّهُمَّ مُصَرِّفَ الْقُلُوبِ صَرِّفْ قُلُوبَنَا عَلَى طَاعَتِكَ
“Allahumma Musharrifal Quluub, sharrif Quluubanaa ‘alaa thaa’atik. Ya
Allah yang mengarahkan hati, arahkanlah hati kami untuk taat kepadamu.”
(HR. Muslim).
Diberdayakan oleh Blogger.