- Back to Home »
- Bangsawan Inggris yang Memilih Islam.
Minggu, 09 Maret 2014
Sir Abdullah Archibald Hamilton Bart (sebelumnya Sir Charles Edward
Archibald Watkins Hamilton) adalah negarawan Inggris yang terkenal di
masanya.
Lahir pada 10 Desember 1876, dari ayah bernama Sir
Edward Archibald Hamilton, dan ibu Mary Elizabeth Gill. Ayahnya bergelar
Baronet keempat dari Trebishun, Breconshire, dan Baronet kedua dari
Keluarga Marlborough, Hampshire.
Hamilton mewarisi dua gelar
kebangsawanan baronet tersebut setelah kematian ayahnya. Delapan tahun
sesudahnya, tepatnya pada 20 Desember 1923, ia memutuskan menjadi
mualaf.
Selama hidupnya, Sir Abdullah menikah tiga kali dan
bercerai dua kali. Istrinya, Lilian Austen alias Lady Hamilton yang
dinikahinya pada 1927 juga masuk Islam dan dikenal dengan nama ‘Miriam’.
Sir Abdullah memiliki pangkat Letnan di Royal Defence Corp (sebuah
korps di Angkatan Darat Inggris yang didirikan pada 1917 dan dibubarkan
pada 1936). Di samping itu, dia juga menjabat sebagai Presiden Selsey
(Sussex) Conservative Association. Di luar itu, apa yang membuat
memilih Islam sebagai jalan hidupnya?
Meskipun lahir dan
dibesarkan sebagai seorang Kristen, Hamilton tak pernah bisa memercayai
aspek dogmatis Gereja yang menurutnya selalu menempatkan akal sehat di
bawah kepercayaan buta. Seiring berjalannya waktu, keinginannya untuk
menemukan kebenaran tentang Sang Pencipta semakin membuncah.
“Aku menemukan, baik Gereja Roma maupun Gereja Inggris (Anglikan), pada
akhirnya tidak membawa manfaat nyata bagi diriku,” ujar Hamilton seperti
dikutip dari IfoundIslam.net.
Selama perjalanannya menemukan
hidayah Allah, Hamilton mengaku hanya menuruti kata hati nuraninya.
Setelah mempelajari Islam, ia melihat agama ini ternyata sangat sarat
dengan nilai-nilai kemanusiaan. Seperti soal zakat misalnya.
Di situ, jelas ada perintah kepada orang-orang kaya untuk membantu
golongan miskin. Selain itu, cara Islam mengatur soal hak kepemilikan
individu dan komunal menurutnya sangat menakjubkan.
“Islam pun
secara tegas juga melarang para penganutnya berjudi, mengonsumsi minuman
beralkohol, serta memungut riba. Semua hal yang diharamkan oleh agama
ini terbukti membawa malapetaka dan penderitaan bagi umat manusia,” ujar
Sir Abdullah.
Konsep persamaan manusia yang dituangkan Allah
lewat Alquran juga membuat Hamilton semakin mengagumi Islam. Dalam agama
ini, tidak ada istilah dosa warisan. Lebih jelasnya, semua manusia
terlahir dalam kondisi suci dan tidak menanggung beban dosa orang lain.
Tambahan lagi, ikatan persaudaraan sesama Muslim yang dilandasi oleh
keimanan telah membuktikan betapa agama ini begitu menghargai
kesetaraan, tanpa memandang latar belakang ekonomi, status sosial, dan
jenis kelamin.
“Islam benar-benar membimbing manusia dalam
keseharian karena ajarannya yang universal menyentuh seluruh aspek
kehidupan,” tuturnya.
Sir Abdullah Archibald Hamilton
mengembuskan nafas terakhir pada pagi hari, 18 Maret 1939. Prosesi
ritual pemakamannya diselenggarakan oleh rekan-rekannya dari komunitas
Muslim Masjid Woking (Inggris Tenggara). Jenazah Hamilton dikuburkan di
Pemakaman Muslim Brookwood. //Rol
Diberdayakan oleh Blogger.