- Back to Home »
- Kisah Kisah Inspirasi dan Motivasi »
- Kisah Mengharukan Seorang Pelaku Pemerkosaan
Selasa, 09 Juli 2013
Kisah Nyata - Kejadian ini memang sudah lama terjadi, tapi tidak ada
salahnya saya berbagi kepada para pembaca semua siapa tahu ada pelajaran
berharga yang bisa kita petik dari kisah ini.
Di suatu Koran
Itali, munculah berita pencarian orang yang istimewa 17 Mei 1992 di
parkiran mobil ke 5 Wayeli (nama sebuah kota di Italia, nggak tau bener
apa enggak nulisnya) seorang wanita kulit putih diperkosa oleh seorang kulit hitam.
Tak lama kemudian, sang wanita melahirkan seorang bayi perempuan
berkulit hitam. Ia dan suaminya tiba-tiba saja menanggung tanggung jawab
untuk memelihara anak ini. Sayangnya, sang bayi kini menderita leukemia
(kanker darah), dan ia memerlukan transfer sumsum tulang belakang
segera.
Ayah kandungnya merupakan satu-satunya penyambung
harapan hidupnya. Berharap agar pelaku pada waktu itu saat melihat
berita ini, bersedia menghubungi Dr. Adely di RS Elisabeth.
Berita pencarian orang ini membuat seluruh masyarakat gempar. Setiap
orang membicarakannya. Masalahnya adalah apakah orang hitam ini berani
muncul.
Padahal jelas ia akan menghadapi kesulitan besar, Jika
ia berani muncul, ia akan menghadapi masalah hukum, dan ada kemungkinan
merusak kehidupan rumah tangganya sendiri.
Jika ia tetap
bersikeras untuk diam, ia sekali lagi membuat dosa yang tak terampuni.
Kisah ini akan berakhir bagaimanakah? Seorang anak perempuan yang
menderita leukimia ternyata menyimpan suatu kisah yang memalukan di
suatu perkampungan Itali. Martha, 35 tahun, adalah wanita yang menjadi
pembicaraan semua orang.
Ia dan suaminya Peterson adalah warga
kulit putih, tetapi diantara kedua anaknya, ternyata terdapat satu yang
berkulit hitam. Hal ini menarik perhatian setiap orang di sekitar mereka
untuk bertanya, Martha hanya tersenyum kecil berkata pada mereka bahwa
nenek berkulit hitam, dan kakeknya berkulit putih, maka anaknya Monika
mendapat kemungkinan seperti ini.
Musim gugur 2002, Monika yang
berkulit hitam terus menerus mengalami demam tinggi. Terakhir, Dr.
Adely memvonis Monika menderita leukimia. Harapan satu-satunya hanyalah
mencari pedonor sumsum tulang belakang yang paling cocok untuknya.
Dokter menjelaskan lebih lanjut. Diantara mereka yang ada hubungan
darah dengan Monika merupakan cara yang paling mudah untuk menemukan
pedonor tercocok. Harap seluruh anggota keluarga kalian berkumpul untuk
menjalani pemeriksaan sumsum tulang belakang.
Raut wajah Martha
berubah, tapi tetap saja seluruh keluarga menjalani pemeriksaan.
Hasilnya tak satupun yang cocok. Dokter memberitahu mereka, dalam kasus
seperti Monika ini, mencari pedonor yang cocok sangatlah kecil
kemungkinannya.
Sekarang hanya ada satu cara yang paling
manjur, yaitu Martha dan suaminya kembali mengandung anak lagi. Dan
mendonorkan darah anak untuk. Monika.
Mendengar usul ini Martha
tiba-tiba menjadi panik, dan berkata tanpa suara "Tuhan..kenapa menjadi
begini?" Ia menatap suaminya, sinar matanya dipenuhi ketakutan dan
putus asa. Peterson mengerutkan keningnya berpikir.
Dr. Adely
berusaha menjelaskan pada mereka, saat ini banyak orang yang menggunakan
cara ini untuk menolong nyawa para penderita leukimia, lagi pula cara
ini terhadap bayi yang baru dilahirkan sama sekali tak ada pengaruhnya.
Hal ini hanya didengarkan oleh pasangan suami istri tersebut, dan
termenung begitu lama. Terakhir mereka hanya berkata, Biarkan kami
memikirkannya kembali.
Malam kedua, Dr. Adely tengah bergiliran
tugas, tiba-tiba pintu ruang kerjanya terbuka, pasangan suami-istri
tersebut. Martha menggigit bibirnya keras, suaminya Peterson,
menggenggam tangannya, dan berkata serius pada dokter.
Kami ada
suatu hal yang perlu memberitahumu. Tapi harap Anda berjanji untuk
menjaga kerahasiaan ini, karena ini merupakan rahasia kami suami-istri
selama beberapa tahun.
Dr. Adely menganggukkan kepalanya. Lalu
mereka menceritakan Itu adalah 10 tahun lalu, dimana Martha ketika
pulang kerja telah diperkosa seorang remaja berkulit hitam. Saat Martha
sadar, dan pulang ke rumah dengan tergesa-gesa, waktu telah menunjukkan
pukul 1 malam.
Waktu itu aku bagaikan gila keluar rumah mencari
orang hitam itu untuk membuat perhitungan. Tapi telah tak ada bayangan
orang satupun. Malam itu kami hanya dapat memeluk kepala masing-masing
menahan kepedihan. Sepertinya seluruh langit runtuh.
Bicara
sampai sini, Peterson telah dibanjiri air mata, Ia melanjutkan kembali.
Tak lama kemudian Martha mendapati dirinya hamil. Kami merasa sangat
ketakutan, kuatir bila anak yang dikandungnya merupakan milik orang
hitam tersebut.
Martha berencana untuk menggugurkannya, tapi
aku masih mengharapkan keberuntungan, mungkin anak yang dikandungnya
adalah bayi kami. Begitulah, kami ketakutan menunggu beberapa bulan.
Maret 1993, Martha melahirkan bayi perempuan, dan ia berkulit hitam.
Kami begitu putus asa, pernah terpikir untuk mengirim sang anak ke panti
asuhan. Tapi mendengar suara tangisnya, kami sungguh tak tega.
Terlebih lagi bagaimanapun Martha telah mengandungnya, ia juga
merupakan sebuah nyawa. pada akhirnya kami memutuskan untuk
memeliharanya, dan memberinya nama Monika.
Mata Dr. Adely juga
digenangi air mata, pada akhirnya ia memahami kenapa bagi kedua suami
istri tersebut kembali mengandung anak merupakan hal yang sangat
mengkuatirkan.
Ia berpikir sambil mengangguk-anggukkan kepala
berkata Memang jika demikian, kalian melahirkan 10 anak sekalipun akan
sulit untuk mendapatkan donor yang cocok untuk Monika.
Beberapa
lama kemudian, ia memandang Martha dan berkata Kelihatannya, kalian
harus mencari ayah kandung Monika. Barangkali sumsum tulangnya cocok
untuk Monika.Tetapi, apakah kalian bersedia membiarkan ia kembali muncul
dalam kehidupan kalian?
Martha berkata: "Demi anak, aku
bersedia berlapang dada memaafkannya. Bila ia bersedia muncul
menyelamatkannya. Aku tak akan memperkarakannya." Dr. Adely merasa
terkejut akan kedalaman cinta sang ibu.
Martha dan Peterson
mempertimbangkannya baik-baik, sebelum akhirnya memutuskan memuat berita
pencarian ini di koran dengan menggunakan nama samaran.
November 2002, di koran Wayeli termuat berita pencarian ini, seperti
yang digambarkan sebelumnya. Berita ini memohon sang pelaku pemerkosaan
waktu itu berani muncul, demi untuk menolong sebuah nyawa seorang anak
perempuan penderita leukimia.
Begitu berita ini keluar,
tanggapan masyarakat begitu menggemparkan. Kotak surat dan telepon Dr.
Adely bagaikan meledak saja, kebanjiran surat masuk dan telepon,
orang-orang terus bertanya siapakah wanita ini.
Mereka ingin
bertemu dengannya, berharap dapat memberikan bantuan padanya. Tetapi
Martha menolak semua perhatian mereka, ia tak ingin mengungkapkan
identitas sebenarnya, lebih tak ingin lagi identitas Monika sebagai anak
hasil pemerkosaan terungkap.
Seluruh media penuh dengan
diskusi tentang bagaimana cerita ini berakhir. (surat kabar Roma)
Komentar dengan topik: Orang hitam itu akan munculkah? Jika orang hitam
ini berani muncul, akan bagaimanakah masyarakat kita sekarang menilainya
Akankah menggunakan hukum yang berlaku untuk menghakiminya Haruskah ia
menerima hukuman dan cacian untuk masa lalunya, ataukah ia harus
menerima pujian karena keberaniannya hari ini?
Saat itu berita
pencarian juga muncul di Napulese, memporak-porandakan perasaan seorang
pengelola toko minuman keras berusia 30 tahun. Ia seorang kulit hitam,
bernama Ajili.
17 Mei 1992 waktu itu, ia memiliki lembaran
tergelam merupakan mimpi terburuknya di malam berhujan itu. Ia adalah
sang peran utama dalam kisah ini. Tak seorangpun menyangka, Ajili yang
sangat kaya raya itu, pernah bekerja sebagai pencuci piring panggilan.
Dikarenakan orang tuanya telah meninggal sejak ia masih muda, ia yang
tak pernah mengenyam dunia pendidikan terpaksa bekerja sejak dini. Ia
yang begitu pandai dan cekatan, berharap dirinya sendiri bekerja dengan
giat demi mendapatkan sedikit uang dan penghargaan dari orang lain.
Tapi sialnya, bosnya merupakan seorang rasialis, yang selalu
mendiskriminasikannya. Tak peduli segiat apapun dirinya, selalu memukul
dan memakinya. 17 Mei 1992, merupakan ulang tahunnya ke 20, ia berencana
untuk pulang kerja lebih awal merayakan hari ulang tahunnya.
Siapa menyangka, ditengah kesibukan ia memecahkan sebuah piring. Sang
bos menahan kepalanya, memaksanya untuk menelan pecahan piring. Ajili
begitu marah dan memukul sang bos, lalu berlari keluar meninggalkan
restoran.
Ditengah kemarahannya ia bertekad untuk membalas
dendam pada si kulit putih. Malam berhujan lebat, tiada seorangpun
lewat, dan di parkiran ia bertemu Martha. Untuk membalaskan dendamnya
akibat pendiskriminasian, ia pun memperkosa sang wanita yang tak berdosa
ini.
Tapi selesai melakukannya, Ajili mulai panik dan
ketakutan. Malam itu juga Ia menggunakan uang ulang tahunnya untuk
membeli tiket KA menuju Napulese, meninggalkan kota ini. Di Napulese, ia
bertemu keberuntungannya. Ajili mendapatkan pekerjaan dengan lancar di
restoran milik orang Amerika.
Kedua pasangan Amerika ini
sangatlah mengagumi kemampuannya, dan menikahkannya dengan anak
perempuan mereka, Lina, dan pada akhirnya juga mempercayainya untuk
mengelola toko mereka.
Beberapa tahun ini, ia yang begitu
tangkas, tak hanya memajukan bisnis toko minuman keras ini, ia juga
memiliki 3 anak yang lucu. Dimata pekerja lainnya dan seluruh anggota
keluarga, Ajili merupakan bos yang baik, suami yang baik, ayah yang
baik.
Tapi hati nuraninya tetap membuatnya tak melupakan dosa
yang pernah diperbuatnya. Ia selalu memohon ampun pada Tuhan dan
berharap Tuhan melindungi wanita yang pernah diperkosanya, berharap ia
selalu hidup damai dan tentram.
Tapi ia menyimpan rahasianya
rapat-rapat, tak memberitahu seorangpun. Pagi hari itu, Ajili
berkali-kali membolak-balik koran, ia terus mempertimbangkan kemungkinan
dirinyalah pelaku yang dimaksud.
Sedikitpun ia tak pernah
membayangkan bahwa wanita malang itu mengandung anaknya, bahkan
menanggung tanggung jawab untuk memelihara dan menjaga anak yang awalnya
bukanlah miliknya.
Hari itu, Ajili beberapa kali mencoba
menghubungi Telepon Dr. Adely. Tapi setiap kali, belum sempat menekan
habis tombol telepon, ia telah menutupnya kembali.
Hatinya
terus bertentangan, bila ia bersedia mengakui semuanya, setiap orang
kelak akan mengetahui sisi terburuknya ini, anak-anaknya tak akan lagi
mencintainya, ia akan kehilangan keluarganya yang bahagia dan istrinya
yang cantik. Juga akan kehilangan penghormatan masyarakat disekitarnya.
Semua yang ia dapatkan dengan ditukar kerja kerasnya bertahun-tahun.
Malam itu, saat makan bersama, seluruh keluarga mendiskusikan kasus
Martha.Sang istri, Lina berkata: "Aku sangat mengagumi Martha. Bila aku
diposisinya, aku tak akan memiliki keberanian untuk memelihara anak
hasil perkosaan hingga dewasa. Aku lebih mengagumi lagi suami Martha, ia
sungguh pria yang patut dihormati, tak disangka ia dapat menerima anak
yang demikian".
Ajili termenung mendengarkan pendapat istrinya,
dan tiba-tiba mengajukan pertanyaan: Kalau begitu, bagaimana kau
memandang pelaku pemerkosaan itu? Sedikitpun aku tak akan
memaafkannya!!!
Waktu itu ia sudah membuat kesalahan, kali ini
juga hanya dapat meringkuk menyelingkupi dirinya sendiri, ia benar-benar
begitu rendah, begitu egois, begitu pengecut! Ia benar-benar seorang
pengecut! demikian istrinya menjawab dengan dipenuhi api kemarahan.
Ajili mendengarkan saja, tak berani mengatakan kenyataan pada istrinya.
Malam itu, anaknya yang baru berusia 5 tahun begitu rewel tak bersedia
tidur, untuk pertama kalinya Ajili kehilangan kesabaran dan menamparnya.
Sang anak sambil menangis berkata : "Kau ayah yang jahat, aku tak mau
peduli kamu lagi. Aku tak ingin kau menjadi ayahku". Hati Ajili bagai
terpukul keras mendengarnya, ia pun memeluk erat-erat sang anak dan
berkata: "Maaf, ayah tak akan memukulmu lagi. Ayah yang salah, maafkan
papa ya".
Sampai sini, Ajili pun tiba-tiba menangis. Sang anak
terkejut dibuatnya, dan buru-buru berkata padanya untuk menenangkan
ayahnya : “Baiklah, kumaafkan. Guru TK ku bilang, anak yang baik adalah
anak yang mau memperbaiki kesalahannya.
Malam itu, Ajili tak
dapat terlelap, merasa dirinya bagaikan terbakar dalam neraka. Dimatanya
selalu terbayang kejadian malam berhujan deras itu, dan bayangan sang
wanita. Ia sepertinya dapat mendengarkan jerit tangis wanita itu.
Tak henti-hentinya ia bertanya pada dirinya sendiri: "Aku ini
sebenarnya orang baik, atau orang jahat?" Mendengar bunyi napas istrinya
yang teratur, ia pun kehilangan seluruh keberaniannya untuk berdiri.
Hari kedua, ia hampir tak tahan lagi rasanya. Istrinya mulai merasakan
adanya ketidakberesan pada dirinya, memberikan perhatian padanya dengan
menanyakan apakah ada masalah Dan ia mencari alasan tak enak badan untuk
meloloskan dirinya.
Pagi hari di jam kerja, sang karyawan
menyapanya ramah: "Selamat pagi, manager!" Mendengar itu, wajahnya
tiba-tiba menjadi pucat pasi, dalam hati dipenuhi perasaan tak menentu
dan rasa malu. Ia merasa dirinya hampir menjadi gila saja rasanya.
Setelah berhari-hari memeriksa hati nuraninya, Ajili tak dapat lagi
terus diam saja, iapun menelepon Dr. Adely. Ia berusaha sekuat tenaga
menjaga suaranya supaya tetap tenang: "Aku ingin mengetahui keadaan anak
malang itu". Dr. Adely memberitahunya, keadaan sang anak sangat parah.
Dr. Adely menambahkan kalimat terakhirnya berkata: "Entah apa ia dapat
menunggu hari kemunculan ayah kandungnya."
Kalimat terakhir ini
menyentuh hati Ajili yang paling dalam, suatu perasaan hangat sebagai
sang ayah mengalir keluar, bagaimanapun anak itu juga merupakan darah
dagingnya sendiri! Ia pun membulatkan tekad untuk menolong Monika. Ia
telah melakukan kesalahan sekali, tak boleh kembali membiarkan dirinya
meneruskan kesalahan ini.
Malam hari itu juga, ia pun
mengobarkan keberaniannya sendiri untuk memberitahu sang istri tentang
segala rahasianya. Terakhir ia berkata: "Sangatlah mungkin bahwa aku
adalah ayah Monika Aku harus menyelamatkannya Lina sangat terkejut,
marah dan terluka, mendengar semuanya, ia berteriak marah: ”Kau
PEMBOHONG!"
Malam itu juga ia membawa ketiga anak mereka, dan
lari pulang ke rumah ayah ibunya. Ketika ia memberitahu mereka tentang
kisah Ajili, kemarahan kedua suami-istri tersebut dengan segera mereda.
Mereka adalah dua orang tua yang penuh pengalaman hidup, mereka
menasehatinya: "Memang benar, kita patut marah terhadap segala tingkah
laku Ajili di masa lalu. Tapi pernahkah kamu memikirkan, ia dapat
mengulurkan dirinya untuk muncul, perlu berapa banyak keberanian besar.
Hal ini membuktikan bahwa hati nuraninya belum sepenuhnya terkubur.
Apakah kau mengharapkan seorang suami yang pernah melakukan kesalahan
tapi kini bersedia memperbaiki dirinya Ataukah seorang suami yang
selamanya menyimpan kebusukan ini didalamnya?"
Mendengar ini
Lina terpekur beberapa lama. Pagi-pagi di hari kedua, ia langsung
kembali ke sisi Ajili, menatap mata sang suami yang dipenuhi
penderitaan, Lina menetapkan hatinya berkata: "Ajili, pergilah menemui
Dr. Adely! Aku akan menemanimu!"
3 Februari 2003, suami istri
Ajili, menghubungi Dr. Adely.8 Februari, pasangan tersebut tiba di RS
Elisabeth, demi untuk pemeriksaan DNA Ajili. Hasilnya Ajili benar-benar
adalah ayah Monika.
Ketika Martha mengetahui bahwa orang hitam
pemerkosanya itu pada akhirnya berani memunculkan dirinya, ia pun tak
dapat menahan air matanya. Sepuluh tahun ini ia terus memendam dendam
kesumat terhadap Ajili, namun saat ini ia hanya dipenuhi perasaan
terharu. Segalanya berlangsung dalam keheningan.
Demi untuk
melindungi pasangan Ajili dan pasangan Martha, pihak RS tidak
mengungkapkan dengan jelas identitas mereka semua pada media, dan juga
tak bersedia mengungkapkan keadaan sebenarnya, mereka hanya memberitahu
media bahwa ayah kandung Monika telah ditemukan.
Berita ini
mengejutkan seluruh pemerhati berita ini. Mereka terus-menerus
menelepon, menulis surat pada Dr. Adely, memohon untuk dapat
menyampaikan kemarahan mereka pada orang hitam ini, sekaligus
penghormatan mereka padanya.
Mereka berpendapat: "Barangkali ia
pernah melakukan tindak pidana, namun saat ini ia seorang pahlawan!" 10
Februari, kedua pasangan Martha dan suami memohon untuk dapat bertemu
muka langsung dengan Ajili.
Awalnya Ajili tak berani untuk
menemui mereka, namun pada permohonan ketiga Martha, iapun menyetujui
hal ini. 18 Februari, dalam ruang tertutup dan dirahasiakan di RS,
Martha bertemu langsung dengan Ajili.
Ajili baru saja memangkas
rambutnya, saat ia melihat Marth, langkah kakinya terasa sangatlah
berat, raut wajahnya memucat. Martha dan suaminya melangkah maju, dan
mereka bersama-sama saling menjabat tangan masing-masing, sesaat ketiga
orang tersebut diam tanpa suara menahan kepedihan, sebelum akhirnya air
mata mereka bersama-sama mengalir.
Beberapa waktu kemudian,
dengan suara serak Ajili berkata: "Maaf…mohon maafkan aku!" Kalimat ini
telah terpendam dalam hatiku selama 10 tahun. Hari ini akhirnya aku
mendapat kesempatan untuk mengatakannya langsung kepadamu.
Martha menjawab: "Terima kasih Kau dapat muncul. Semoga Tuhan
memberkati, sehingga sumsum tulang belakangmu dapat menolong putriku".
19 Februari, dokter melakukan pemeriksaan sumsum tulang belakang Ajili.
Untungnya, sumsum tulang belakangnya sangat cocok bagi Monika Sang
dokter berkata dengan antusias: "Ini suatu keajaiban!" 22 Februari 2003,
sekian lama harapan masyarakat luas akhirnya terkabulkan. Monika
menerima sumsum tulang belakang Ajili, dan pada akhirnya Monika telah
melewati masa kritis.
Satu minggu kemudian, Monika boleh keluar
RS dengan sehat walafiat. Martha dan suami memaafkan Ajili sepenuhnya,
dan secara khusus mengundang Ajili dan Dr. Adely datang kerumah mereka
untuk merayakannya. Tapi hari itu Ajili tidak hadir, ia memohon Dr.
Adely membawa suratnya bagi mereka.
Dalam suratnya ia
menyatakan penyesalan dan rasa malunya berkata: "Aku tak ingin kembali
mengganggu kehidupan tenang kalian. Aku berharap Monika berbahagia
selalu hidup dan tumbuh dewasa bersama kalian. Bila kalian menghadapi
kesulitan bagaimanapun, harap hubungi aku, aku akan berusaha sekuat
tenaga untuk membantu kalian".
Saat ini juga, aku sangat
berterima kasih pada Monika, dari dalam lubuk hatiku terdalam, dialah
yang memberiku kesempatan untuk menebus dosa. Dialah yang membuatku
dapat memiliki kehidupan yang benar-benar bahagia di saparoh usiaku
selanjutnya. Ini adalah hadiah yang ia berikan padaku.
Diberdayakan oleh Blogger.