- Back to Home »
- Penjabaran kalimah Tauhid, Laa Illaaha Illaa Allah
Minggu, 07 Juli 2013
Di dunia ada surga, surga nyata dunia Ma'rifattulloh.
Metode penjabaran kalimaht Tauhid LAA ILLAAHA ILLAA ALLAAH selain
menjabarkan tentang mengenal diri, adanya empat tingkat ilmu, juga menjabarkan tentang adanya empat tahap keyakinan.
1. Keyakinan dalam ilmu syari'at duduknya ditubuh, disebut ilmu yakin.
Yaitu : Yakin benar sesuai apa kata Guru/Mursyid / Pembimbing dan atau
pada apa yang tertulis di kitab-kitab termasuk pada Al-Quran dan Hadits,
Ijma dan Qiyas jumhur para 'Ulama.
Orang-orang yang duduk di
keyakinan ini disebut muslim karena hanya mengikuti perintah dan
larangan pada lahirnya saja dari apa yang tersurat atau tertulis baik
yang ada dikitab termasuk Al-Qur'an dan As-Sunnah maupun dari apa yang
disampaikan oleh Guru / Mursyid / Pembimbing.
2. Keyakinan
dalam ilmu Tarekat/Thoriqoh duduknya dihati , disebut 'Ainul yakin.
Yaitu : Yakin benar sesuai apa kata hati / sanubari.
Orang-orang yang duduk di keyakinan ini disebut Mu'min karena telah
mampu berketetapan dengan membenarkan apa yang harus dibenarkan dengan
Hatinya jadi tidak tergantung dari apa yang di sampaikan oleh Guru /
Musryid / Pembimbing ataupun dari apa yang tertulis di Kitab-kitab
termasuk Al-Qur'an dan Hadits, Ijma dan Qiyas.
Jadilah Orang-orang MU’MIN karena akan banyak mendapat karunia dari Allah Subhanahu Wata'la sebagaimana firmanNya.
Dan sampaikanlah berita gembira kepada orang-orang mu’min bahwa sesungguhnya bagi mereka karunia yang besar dari Allah.
( Al-Ahzab 47 )
Hadist Qudsi, berkata Abu Hurairah ra. bahwa Rosulillah Sholallohu 'Alaihi wasallam bersabda : Allah berfirman :
Hamba-Ku yang Mukmin adalah lebih Kucintai daripada setengah para Malaikat-Ku.
[HR. Thobaroni]
3. Keyakinan dalam Ilmu Hakekat / Hakiqot duduknya di Nyawa, disebut Hakkul YAKIN. Yaitu : Yakin benar sesuai apa kata Nyawa.
Keyakinan pada Nyawa yang dikatakan sebenar-benarnya Guru / Mursyid
MuRobbii adalah Nur Muhammad Rosulillah Sholallohu 'Alaihi Wasallam
sebagai pemegang Kunci pintu surga / Miftahul Jannah dan keyakinan pada
Nyawa ini berdasarkan Firman Allah Shubhanahu wata'ala dalam Al-Qur'an.
Allah mengilhamkan kepada Jiwa / Nyawa itu jalan Kefasikan dan
KeTaqwaannya, sesungguhnya beruntunglah orang yang mensucikan Jiwa /
Nyawa itu, dan sesungguhnya merugilah orang yang mengotorinya.
( SYAMS 8-10 )
4. Keyakinan dalam Ilmu Ma'rifattulloh duduknya di Rahasia, disebut
Kamalul Yakin atau Yakin yang sempurna. Yaitu : Yakin benar karena Allah
semata ( Kontak Langsung )
Keyakinan pada tingkatan ini hanya
dimiliki oleh orang yang bertaqwa dan telah dimuliakan oleh Allah
Subhanahu wata'ala atau biasa disebut sebagai kekasih Allah subhanahu
wata'ala atau Auliya, keyakinannya berdasarkan atas penyaksian yang
terjadi dalam perjalanan Spiritual yang di perjalankan oleh Allah
Subhanahu wata'ala sebagaimana firman Allah Subhanahu wata'ala dalam
Al-Qur'an.
Aku tidak menghadirkan mereka ( Iblis dan anak
cucunya ) untuk menyaksikan penciptaan langit dan bumi dan tidak pula
penciptaan diri mereka sendiri,dan tidaklah aku mengambil orang-orang
yang menyesatkan itu sebagai penolong..
( Al-Kahfi 51 )
Penyaksian yang terjadi termasuk bertemu dengan Allah swt sebagaimana
yang di isyaratkan dalam Hadist, Rosulillah Sholallohu 'Alaihi wasallam
berkata :
Seseorang diantara kamu akan bercakap-cakap dengan
TuhanNya tanpa ada penterjemah dan dinding yang mendindinginya. ( HR.
Bukhori )
Sesungguhnya ada sebagian ilmu yang diibaratkan
permata yang terpendam,tidak dapat mengetahuinya kecuali Ulama Billah,
Apabila mereka mengungkapkan ilmu tersebut maka tidak seorangpun yang
membantahnya kecuali orang – orang yang tidak paham tentang Allah.
( Diriwayatkan oleh Imam Tirmidzi RA )
Pengajian diri dan pengkajian Rasa.
Sepertinya bisa jadi kita baru BerSyariat walau dah merasa pinter (ibarat itu baru menaiki kapal besar)
Namun belum berThoriqoht. (Ibarat belum menggerakan jalannya kapal
diatas /tengah lautan sesuai haluan dgn methode perjalanannya)
Lalu bagaimana mungkin kita mencapai Hakikat/Haqikot. (ibarat mencapai
dan tau serta mengenal cahayanya lu'lu uwal marjan didasar lautan,
menggapai pulau cinta dgn sehutan tanam manisnya buah keimanan dlm
didikan hati kebenaran sejati)
Sebait syair: Hakikat/hakiqot
adalah akhir perjalanan mencapai tujuan, menyaksikan cahaya nan
gemerlapan, dari ma’rifatullah yang penuh harapan.
Syari'at,
thoriqoht dan hakikat tentu saling bertautan antara satu sama lain. Maka
apabila syari’at merupakan peraturan, thoriqoht merupakan pelaksanaan,
dan hakikat merupakan tujuan pokok yakni pengenalan Tuhan yang
sebenar-benarnya.Itulah sejatinya kesempuranaan tujuan perjalanan.
Semisal tentang bersuci-thoharoh, menurut syariatnya berbersih diri
dengan air. Sedang thoriqohtnya bersih diri lahir dan bathin dari hawa
nafsu.Kemudian Hakikatnya bersih hati dari selain Allah. Ya semuanya itu
untuk mencapai Ma’rifat kepada Allah dengan sebenar-benarnya mengenal.
Ingat selogan tak kenal maka tak sayang.
Contoh lagi menurut
syari’at bila seseorang yang akan melaksanakan sholat, wajib mustaqbila
qiblati, karena al-Qur’an menyebutkan : Hadapkanlah mukamu ke Masjidil
Haram ( Ka’bah) di Mekkah. Menurut thoriqoht, hati wajib menghadap
kepada Allah berdasarkan ayat al-Qur’an yang menyebutkan : Fa’budunii (sembahlah Aku ).
Menurut hakikat, bahwa kita menyembah Allah
seolah-olah melihatNya. Sebagaimana sebuah hadits yang berbunyi :
Sembahlah Tuhanmu seakan-akan engkau melihatNya, jika engkau tidak
melihatNya maka sesungguhnya Tuhan pasti melihat kamu.
Selanjutnya
menurut Ma’rifat ialah mengenal Allah untuk siapa dipersembahkan segala
amal ibadah itu yang dengan khusyu’ seorang hamba dalam sholat merasa
berhadapan dengan Allah, ketika itu perasaan bermusyahadah
berintai-intaian dan bercakap-cakap (komunikatif) dengan Allah
seolah-olah Allah berkata : Innanii Ana Allah Sesungguhnya Aku ini
adalah Allah, maka kehadiran hati berkata : Anta Allah (Engkaulah
Allah). Lalu Allah berkata lagi : Aqimish-sholata lizikrii “
(Bersholatlah untuk mengingat-Ku).
Jadi kalau kita ibadah bukan hanya memotori dan menggemakan diri dgn
kata-kata mesti ikhlas-ihklas-ihklas dan benar sesuai tuntunan sahaja
namun belum sejatinya bila masih terlintas atas beban katataan itu
sendiri.
Ihklas itu sebuah cerminan dari kecintaan sehingga
melaksanakan perintah bukan karena titah aturan semata tapi keridhoan
kasih yg nyata yg hanya diodapat dari proses mengenal.... Kenali dirimu
bila engkau ingin mengenal Tuhanmu, kenali diri itu makna bimbingan atas
jiwa dan hati....
Diberdayakan oleh Blogger.