- Back to Home »
- 10 Kesalahan Istri Terhadap Suami
Minggu, 17 November 2013
1. Menuntut keluarga yang ideal dan sempurna
Sebelum menikah, seorang wanita membayangkan pernikahan yang begitu
indah, kehidupan yang sangat romantis sebagaimana ia baca dalam novel
maupun ia saksikan dalam sinetron-sinetron.
Ia memiliki gambaran
yang sangat ideal dari sebuah pernikahan. Kelelahan yang sangat, cape,
masalah keuangan, dan segudang problematika di dalam sebuah keluarga
luput dari gambaran nya.
Ia hanya membayangkan yang indah-indah dan enak-enak dalam sebuah perkawinan.
Akhirnya, ketika ia harus menghadapi semua itu, ia tidak siap. Ia
kurang bisa menerima keadaan, hal ini terjadi berlarut-larut, ia selalu
saja menuntut suaminya agar keluarga yang mereka bina sesuai dengan
gambaran ideal yang senantiasa ia impikan sejak muda.
Seorang
wanita yang hendak menikah, alangkah baiknya jika ia melihat lembaga
perkawinan dengan pemahaman yang utuh, tidak sepotong-potong, romantika
keluarga beserta problematika yang ada di dalamnya.
2. Nusyus (tidak taat kepada suami)
Nusyus adalah sikap membangkang, tidak patuh dan tidak taat kepada
suami. Wanita yang melakukan nusyus adalah wanita yang melawan suami,
melanggar perintahnya, tidak taat kepadanya, dan tidak ridha pada
kedudukan yang Allah Subhanahu wa Ta’ala telah tetapkan untuknya.
Nusyus memiliki beberapa bentuk, diantaranya adalah:
1. Menolak ajakan suami ketika mengajaknya ke tempat tidur, dengan terang-terangan maupun secara samar.
2. Mengkhianati suami, misalnya dengan menjalin hubungan gelap dengan pria lain.
3. Memasukkan seseorang yang tidak disenangi suami ke dalam rumah
4. Lalai dalam melayani suami
5. Mubazir dan menghambur-hamburkan uang pada yang bukan tempatnya
6. Menyakiti suami dengan tutur kata yang buruk, mencela, dan mengejeknya
7. Keluar rumah tanpa izin suami
8. Menyebarkan dan mencela rahasia-rahasia suami.
Seorang istri shalihah akan senantiasa menempatkan ketaatan kepada
suami di atas segala-galanya. Tentu saja bukan ketaatan dalam
kedurhakaan kepada Allah, karena tidak ada ketaatan dalam maksiat kepada
Allah Subhanahu wa Ta’ala. Ia akan taat kapan pun, dalam situasi
apapun, senang maupun susah, lapang maupun sempit, suka ataupun duka.
Ketaatan istri seperti ini sangat besar pengaruhnya dalam menumbuhkan
cinta dan memelihara kesetiaan suami.
3. Tidak menyukai keluarga suami
Terkadang seorang istri menginginkan agar seluruh perhatian dan kasih
sayang sang suami hanya tercurah pada dirinya. Tak boleh sedikit pun
waktu dan perhatian diberikan kepada selainnya. Termasuk juga kepada
orang tua suami. Padahal, di satu sisi, suami harus berbakti dan
memuliakan orang tuanya, terlebih ibunya.
Salah satu bentuknya
adalah cemburu terhadap ibu mertuanya. Ia menganggap ibu mertua sebagai
pesaing utama dalam mendapatkan cinta, perhatian, dan kasih sayang
suami. Terkadang, sebagian istri berani menghina dan melecehkan orang
tua suami, bahkan ia tak jarang berusaha merayu suami untuk berbuat
durhaka kepada orang tuanya. Terkadang istri sengaja mencari-cari
kesalahan dan kelemahan orang tua dan keluarga suami, atau
membesar-besarkan suatu masalah, bahkan tak segan untuk memfitnah
keluarga suami.
Ada juga seorang istri yang menuntut suaminya
agar lebih menyukai keluarga istri, ia berusaha menjauhkan suami dari
keluarganya dengan berbagai cara.
Ikatan pernikahan bukan hanya
menyatukan dua insan dalam sebuah lembaga pernikahan, namun juga
‘pernikahan antar keluarga’. Kedua orang tua suami adalah orang tua
istri, keluarga suami adalah keluarga istri, demikian sebaliknya.
Menjalin hubungan baik dengan keluarga suami merupakan salah satu
keharmonisan keluarga. Suami akan merasa tenang dan bahagia jika
istrinya mampu memposisikan dirinya dalam kelurga suami. Hal ini akan
menambah cinta dan kasih sayang suami.
4. Tidak menjaga penampilan
Terkadang, seorang istri berhias, berdandan, dan mengenakan pakaian
yang indah hanya ketika ia keluar rumah, ketika hendak bepergian,
menghadiri undangan, ke kantor, mengunjungi saudara maupun
teman-temannya, pergi ke tempat perbelanjaan, atau ketika ada acara
lainnya di luar rumah. Keadaan ini sungguh berbalik ketika ia di depan
suaminya. Ia tidak peduli dengan tubuhnya yang kotor, cukup hanya
mengenakan pakaian seadanya: terkadang kotor, lusuh, dan berbau,
rambutnya kusut masai, ia juga hanya mencukupkan dengan aroma dapur yang
menyengat.
Jika keadaan ini terus menerus dipelihara oleh
istri, jangan heran jika suami tidak betah di rumah, ia lebih suka
menghabiskan waktunya di luar ketimbang di rumah. Semestinya, berhiasnya
dia lebih ditujukan kepada suami Janganlah keindahan yang telah
dianugerahkan oleh Allah diberikan kepada orang lain, padahal suami nya
di rumah lebih berhak untuk itu.
5. Kurang berterima kasih
Tidak jarang, seorang suami tidak mampu memenuhi keinginan sang istri.
Apa yang diberikan suami jauh dari apa yang ia harapkan. Ia tidak puas
dengan apa yang diberikan suami, meskipun suaminya sudah berusaha secara
maksimal untuk memenuhi kebutuhan keluarga dan keinginan-keinginan
istrinya.
Istri kurang bahkan tidak memiliki rasa terima kasih
kepada suaminya. Ia tidak bersyukur atas karunia Allah yang diberikan
kepadanya lewat suaminya. Ia senantiasa merasa sempit dan kekurangan.
Sifat qona’ah dan ridho terhadap apa yang diberikan Allah kepadanya
sangat jauh dari dirinya.
Seorang istri yang shalihah tentunya
mampu memahami keterbatasan kemampuan suami. Ia tidak akan membebani
suami dengan sesuatu yang tidak mampu dilakukan suami. Ia akan berterima
kasih dan mensyukuri apa yang telah diberikan suami. Ia bersyukur atas
nikmat yang dikaruniakan Allah kepadanya, dengan bersyukur, insya Allah,
nikmat Allah akan bertambah.
“Sesungguhnya jika kamu
bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu
mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya adzab-Ku sangat pedih.”
6. Mengingkari kebaikan suami
“Wanita merupakan mayoritas penduduk neraka.”
Demikian disampaikan Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam setelah shalat gerhana ketika terjadi gerhana matahari.
Ajaib !! wanita sangat dimuliakan di mata Islam, bahkan seorang ibu
memperoleh hak untuk dihormati tiga kali lebih besar ketimbang ayah.
Sosok yang dimuliakan, namun malah menjadi penghuni mayoritas neraka.
Bagaimana ini terjadi?
“Karena kekufuran mereka,” jawab
Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam ketika para sabahat bertanya
mengapa hal itu bisa terjadi. Apakah mereka mengingkari Allah?
Bukan, mereka tidak mengingkari Allah, tapi mereka mengingkari suami dan
kebaikan-kebaikan yang telah diperbuat suaminya. Andaikata seorang
suami berbuat kebaikan sepanjang masa, kemudian seorang istri melihat
sesuatu yang tidak disenanginya dari seorang suami, maka si istri akan
mengatakan bahwa ia tidak melihat kebaikan sedikitpun dari suaminya.
Demikian penjelasan Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam dalam
hadits yang diriwayatkan Bukhari (5197).
Mengingkari suami dan kebaikan-kebaikan yang telah dilakukan suami!!
Inilah penyebab banyaknya kaum wanita berada di dalam neraka. Mari kita
lihat diri setiap kita, kita saling introspeksi , apa dan bagaimana
yang telah kita lakukan kepada suami-suami kita?
Jika kita terbebas dari yang demikian, alhamdulillah. Itulah yang kita harapkan. Berita gembira untukmu wahai saudariku.
Namun jika tidak, kita (sering) mengingkari suami, mengingkari
kebaikan-kebaikannya, maka berhati-hatilah dengan apa yang telah
disinyalir oleh Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam. Bertobat,
satu-satunya pilihan utuk terhindar dari pedihnya siksa neraka. Selama
matahari belum terbit dari barat, atau nafas telah ada di kerongkongan,
masih ada waktu untuk bertobat. Tapi mengapa mesti nanti? Mengapa mesti
menunggu sakaratul maut?
Janganlah engkau katakan besok dan
besok wahai saudariku; kejarlah ajalmu, bukankah engkau tidak tahu
kapan engkau akan menemui Robb mu?
“Tidaklah seorang isteri
yang menyakiti suaminya di dunia, melainkan isterinya (di akhirat
kelak): bidadari yang menjadi pasangan suaminya (berkata): “Jangan
engkau menyakitinya, kelak kamu dimurkai Allah, seorang suami begimu
hanyalah seorang tamu yang bisa segera berpisah dengan kamu menuju
kami.” (HR. At Tirmidzi, hasan)
Wahai saudariku, mari kita
lihat, apa yang telah kita lakukan selama ini , jangan pernah bosan dan
henti untuk introspeksi diri, jangan sampai apa yang kita lakukan tanpa
kita sadari membawa kita kepada neraka, yang kedahsyatannya tentu sudah
Engkau ketahui.
Jika suatu saat, muncul sesuatu yang tidak
kita sukai dari suami; janganlah kita mengingkari dan melupakan semua
kebaikan yang telah suami kita lakukan.
“Maka lihatlah kedudukanmu di sisinya. Sesungguhnya suamimu adalah surga dan nerakamu.” (HR.Ahmad)
7. Mengungkit-ungkit kebaikan
Setiap orang tentunya memiliki kebaikan, tak terkecuali seorang istri.
Yang jadi masalah adalah jika seorang istri menyebut
kebaikan-kebaikannya di depan suami dalam rangka mengungkit-ungkit
kebaikannya semata.
“Hai orang-orang yang beriman, janganlah
kamu menghilangkan (pahala) sedekahmu dengan menyebut-nyebutnya dan
menyakiti (perasaan si penerima).” [Al Baqarah: 264]
Abu Dzar
radhiyallahu ‘Anhu meriwayatkan, bahwasanya Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa
Sallam bersabda, “Ada tiga kelompok manusia dimana Allah tidak akan
berbicara dan tak akan memandang mereka pada hari kiamat. Dia tidak
mensucikan mereka dan untuk mereka adzab yang pedih.”
Abu Dzar
radhiyallahu ‘anhu berkata, “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam
mengatakannya sebanyak tiga kali.” Lalu Abu Dzar bertanya, “Siapakah
mereka yang rugi itu, wahai Rasulullah?” Beliau menjawab, “Orang yang
menjulurkan kain sarungnya ke bawah mata kaki (isbal), orang yang suka
mengungkit-ungkit kebaikannya dan orang yang suka bersumpah palsu ketika
menjual. ” [HR. Muslim]
8. Sibuk di luar rumah
Seorang istri terkadang memiliki banyak kesibukan di luar rumah.
Kesibukan ini tidak ada salahnya, asalkan mendapat izin suami dan tidak
sampai mengabaikan tugas dan tanggung jawabnya.
Jangan sampai
aktivitas tersebut melalaikan tanggung jawab nya sebagai seorang istri.
Jangan sampai amanah yang sudah dipikulnya terabaikan.
Ketika
suami pulang dari mencari nafkah, ia mendapati rumah belum beres, cucian
masih menumpuk, hidangan belum siap, anak-anak belum mandi, dan lain
sebagainya. Jika hni terjadi terus menerus, bisa jadi suami tidak betah
di rumah, ia lebih suka menghabiskan waktunya di luar atau di kantor.
9. Cemburu buta
Cemburu merupakan tabiat wanita, ia merupakan suatu ekspresi cinta.
Dalam batas-batas tertentu, dapat dikatakan wajar bila seorang istri
merasa cemburu dan memendam rasa curiga kepada suami yang jarang berada
di rumah. Namun jika rasa cemburu ini berlebihan, melampaui batas, tidak
mendasar, dan hanya berasal dari praduga; maka rasa cemburu ini dapat
berubah menjadi cemburu yang tercela.
Cemburu yang disyariatkan
adalah cemburunya istri terhadap suami karena kemaksiatan yang
dilakukannya, misalnya: berzina, mengurangi hak-hak nya, menzhaliminya,
atau lebih mendahulukan istri lain ketimbang dirinya. Jika terdapat
tanda-tanda yang membenarkan hal ini, maka ini adalah cemburu yang
terpuji. Jika hanya dugaan belaka tanpa fakta dan bukti, maka ini adalah
cemburu yang tercela.
Jika kecurigaan istri berlebihan, tidak
berdasar pada fakta dan bukti, cemburu buta, hal ini tentunya akan
mengundang kekesalan dan kejengkelan suami. Ia tidak akan pernah merasa
nyaman ketika ada di rumah. Bahkan, tidak menutup kemungkinan,
kejengkelannya akan dilampiaskan dengan cara melakukan apa yang
disangkakan istri kepada dirinya.
10. Kurang menjaga perasaan suami
Kepekaan suami maupun istri terhadap perasaan pasangannya sangat
diperlukan untuk menghindari terjadinya konflik, kesalahpahaman, dan
ketersinggungan. Seorang istri hendaknya senantiasa berhati-hati dalam
setiap ucapan dan perbuatannya agar tidak menyakiti perasaan suami, ia
mampu menjaga lisannya dari kebiasaan mencaci, berkata keras, dan
mengkritik dengan cara memojokkan. Istri selalu berusaha untuk
menampakkan wajah yang ramah, menyenangkan, tidak bermuka masam, dan
menyejukkan ketika dipandang suaminya.
Demikian beberapa
kesalahan-kesalahan istri yang terkadang dilakukan kepada suami yang
seyogyanya kita hindari agar suami semakin sayang pada setiap istri.
Semoga keluarga kita menjadi keluarga yang sakinah, mawadah, warohmah.
amin…
Diberdayakan oleh Blogger.