- Back to Home »
- Kisah Kisah Inspirasi dan Motivasi »
- ( KISAH NYATA ) DOANYA MENJADI ANUGERAH TERINDAH BAGI SANG KONGLOMERAT SAUDI
Selasa, 10 Desember 2013
Saat itu saya tengah berada di kota Jeddah, Saudi Arabia. Terpapar
dihadapan saya sebuah koran berbahasa Arab di lobby hotel. Tergerak saya
melihat berita dan artikel yang tertulis di sana, hingga saya temukan
sebuah tulisan yang amat bermanfaat ini. Kisah nyata seorang kaya raya
berkebangsaan Saudi bernama Ra’fat. Ia diwawancarai
setelah ia berhasil sembuh dari penyakit liver akut yang ia idap. Pola
hidup berlebihan dan mengkonsumsi makanan tak beraturan membuat Ra’fat
mengalami penyakit di atas. Ra’fat berobat untuk mencari kesembuhan.
Banyak dokter dan rumah sakit ia kunjungi di Saudi Arabia sebagai
ikhtiar. Namun meski sudah menyita banyak waktu, tenaga, pikiran dan
biaya, sayangnya penyakit itu tidak kunjung sembuh juga. Ra’fat mulai
mengeluh. Badannya bertambah kurus. Tak ubahnya seperti seorang
pesakitan.
Demi mencari upaya sembuh, maka Ra’fat mengikuti
saran dokter untuk berobat ke sebuah rumah sakit terkenal spesialis
liver di Guangzhou, China. Ia berangkat ke sana ditemani oleh keluarga.
Penyakit liver semakin bertambah parah. Maka saat Ra’fat diperiksa,
dokter mengatakan bahwa harus diambil tindakan operasi segera. Ketika
Ra’fat menanyakan berapa besar kemungkinan berhasilnya. Dokter
menyatakan kemungkinannya adalah fifty-fifty.
“50% kalau
operasi berhasil maka Anda akan sembuh, 50% bila tidak berhasil mungkin
nyawa Anda adalah taruhannya!” jelas sang dokter.
Mendapati
bahwa boleh jadi ia bakal mati, maka Ra’fat berkata, “Dokter, kalau
operasi ini gagal dan saya bisa mati, maka izinkan saya untuk kembali ke
negara saya untuk berpamitan dengan keluarga, sahabat, kerabat dan
orang yang saya kenal. Saya khawatir bila mati menghadap Allah Swt namun
saya masih punya banyak kesalahan terhadap orang yang saya kenal.”
Ra’fat berkata sedemikian sebab ia takut sekali atas dosa dan kesalahan
yang ia perbuat.
Dengan enteng dokter membalas, “Terlalu riskan
bagi saya untuk membiarkan Anda tidak segera mendapatkan penanganan.
Penyakit liver ini sudah begitu akut. Saya tidak berani menjamin
keselamatan diri Anda untuk kembali ke tanah air kecuali dalam 2 hari.
Bila Anda lebih dari itu datang kembali ke sini, mungkin Anda akan
mendapati dokter lain yang akan menangani operasi liver Anda.”
Bagi Ra’fat 2 hari itu cukup berarti. Ia pun berjanji akan kembali dalam
tempo itu. Serta-merta ia mencari pesawat jet yang bisa disewa dan ia
pun pergi berangkat menuju tanah airnya.
Kesempatan itu
betul-betul digunakan oleh Ra’fat untuk mendatangi semua orang yang
pernah ia kenal. Satu per satu dari keluarga dan kerabat ia sambangi
untuk meminta maaf dan berpamitan. Kepada mereka Ra’fat berkata,
“Maafkan aku, Ra’fat yang kalian kenal ini sungguh banyak kesalahan dan
dosa… Boleh jadi setelah dua hari dari sekarang saya sudah tidak lagi
panjang umur…”
Itulah yang disampaikan Ra’fat kepada
orang-orang. Dan setiap dari mereka menangis sedih atas kabar berita
yang mereka dengar dari orang yang mereka cintai dan kagumi ini.
Ra’fat menyambangi satu per satu dari mereka. Meski dengan tubuh yang
kurus tak berdaya, ia berniat mendatangi mereka untuk meminta doa dan
berpamitan. Dan kondisi itu membuat Ra’fat menjadi sedih. Ia merasa
menjadi manusia yang paling merana. Ia merasa tak berdaya dan tak
berguna. Sering dalam kesedihannya ia membatin, “Ya Allah…. rupanya
keluarga yang mencintai aku…. harta banyak yang aku miliki… perusahaan
besar yang aku punya…. semuanya itu tidak ada yang mampu membantuku
untuk kembali sembuh dari penyakit ini! Semuanya tak ada guna… semuanya
sia-sia!”
Rasa emosi batin itu membuat tubuh Ra’fat bertambah
lemah. Ia hanya mampu perbanyak istighfar memohon ampunan Tuhannya.
Memutar tasbih sambil berdzikir kini menjadi kegiatan utamanya. Ia masih
merasa bahwa dirinya adalah manusia yang paling merana di dunia.
Hingga saat ia sedang berada di mobilnya. duduk di kursi belakang
dengan tangan memutar tasbih seraya berdzikir. Hanya Ra’fat dan supirnya
yang berada di mobil itu. Mereka melaju berkendara menuju sebuah rumah
kerabat dengan tujuan berpamitan dan minta restu.
Saat itulah menjadi moment spesial yang tak akan terlupakan untuk Ra’fat.
Beberapa ratus meter di depan, mata Ra’fat melihat ada seorang wanita
berpakaian abaya (pakaian panjang wanita Arab yang serba berwarna hitam)
tengah berdiri di depan sebuah toko daging. di sisi wanita tadi ada
sebuah karung plastik putih yang biasa menjadi tempat limbah toko
tersebut. Wanita tadi mengangkat dengan tangan kirinya sebilah tulang
sapi dari karung. Sementara tangan kanannya mengumpil dan mencuil
daging-daging sapi yang masih tersisa di pinggiran tulang.
Ra’fat memandang tajam ke arah wanita tersebut dengan pandangan seksama.
Rasa ingin tahu membuncah di hati Ra’fat tentang apa yang sedang
dilakukan wanita itu. Begitu mobilnya melintasi sang wanita, sekilas
Ra’fat memperhatikan. Maka ia pun menepuk pundak sang sopir dan
memintanya untuk menepi.
Saat mobil sudah berhenti, Ra’fat
mengamati apa yang dilakukan oleh sang wanita. Entah apa yang membuat
Ra’fat menjadi penasaran. Keingintahuannya membuncah. Ia turun dari
mobil. lemah ia membuka pintu, dan ia berjalan tertatih-tatih menuju
tempat wanita itu berada.
Dalam jarak beberapa hasta Ra’fat
mengucapkan salam kepada wanita tersebut namun salamnya tiada terjawab.
Ra’fat pun bertanya kepada wanita tersebut dengan suara lemah, “Ibu…,
apa yang sedang kau lakukan?”
Rupanya wanita ini sudah terlalu
sering diacuhkan orang, hingga ia pun tidak peduli lagi dengan manusia.
Meski ada yang bertanya kepadanya, wanita tadi hanya menjawab tanpa
menoleh sedikitpun ke arah si penanya. Sambil mengumpil daging wanita
itu berkata, “Aku memuji Allah Swt yang telah menuntun langkahku ke
tempat ini. Sudah berhari-hari aku dan 3 orang putriku tidak makan.
Namun hari ini, Dia Swt membawaku ke tempat ini sehingga aku dapati
daging limbah yang masih bertengger di sisi tulang sisa. Aku berencana
akan membuat kejutan untuk ketiga putriku malam ini. Insya Allah, aku
akan memasakkan sup daging yang lezat buat mereka….”
Subhanallah. …! bergetar hebat relung batin Ra’fat saat mendengar
penuturan kisah kemiskinan yang ada di hadapannya. Tidak pernah ia
menyangka ada manusia yang melarat seperti ini. Maka serta-merta Ra’fat
melangkah ke arah toko daging. Ia panggil salah seorang petugasnya. Lalu
ia berkata kepada petugas toko, “Pak…, tolong siapkan untuk ibu itu dan
keluarganya 1 kg daging dalam seminggu dan aku akan membayarnya selama
setahun!”
Kalimat yang meluncur dari mulut Ra’fat membuat
wanita tadi menghentikan kegiatannya. Seolah tak percaya, ia angkat
wajah dan menoleh ke arah Ra’fat. Kini mata wanita itu menatap dalam
mata Ra’fat seolah ia berterima kasih lewat sorot pandang.
Merasa malu ditatap seperti itu, Ra’fat menoleh ke arah petugas toko. Ia
pun berkata, “Pak…, tolong jangan buat 1 kg dalam seminggu, aku rasa
itu tidak cukup. Siapkan 2 kg dalam seminggu dan aku akan membayarnya
untuk setahun penuh!” Serta-merta Ra’fat mengeluarkan beberapa lembar
uang 500-an riyal Saudi lalu ia serahkan kepada petugas tadi.
Usai Ra’fat membayar dan hendak meninggalkan toko daging, maka
terhentilah langkahnya saat ia menatap wanita tadi tengah menengadah ke
langit sambil mengangkat kedua belah tangannya seraya berdoa dengan
penuh kesungguhan:
“Allahumma ya Allah… berikanlah kepada tuan
ini keberkahan rezeki. Limpahkan karunia-Mu yang banyak kepadanya.
Jadikan ia manusia mulia di dunia dan akhirat. Beri ia kenikmatan
seperti yang Engkau berikan kepada para hamba-Mu yang shalihin. Kabulkan
setiap hajatnya dan berilah ia kesehatan lahir dan batin…..dst”
Panjang sekali doa yang dibaca oleh wanita tersebut. Kalimat-kalimat
doa itu terjalin indah naik ke langit menuju Allah Swt. Bergetar arsy
Allah Swt atas doa yang dibacakan sehingga getaran itu terasa di hati
Ra’fat. Ia mulai merasakan ketentraman dan kehangatan. Kedamaian yang
belum pernah ia rasakan sebelumnya. Hampir saja Ra’fat menitikkan air
mata saat mendengar jalinan indah kalimat doa wanita tersebut. Andai
saja ia tidak merasa malu, pastilah buliran air mata hangat sudah
membasahi pipinya. Namun bagi Ra’fat pantang menangis…, apalagi
dihadapan seorang wanita yang belum ia kenal.
Ra’fat lalu
memutuskan untuk meninggalkan wanita tersebut. Ia berjalan tegap dan
cepat menuju mobilnya. Dan ia belum juga merasakan keajaiban itu! Ya,
keajaiban yang ditambah saat Ra’fat membuka dan menutup pintu mobil
dengan gagah seperti manusia sehat sediakala!!!
Sungguh doa
wanita itu memberi kedamaian pada hati Ra’fat. Sepanjang jalan di atas
kendaraan Ra’fat terus tersenyum membayangkan doa yang dibacakan oleh
sang wanita tadi. Perjalanan menuju rumah seorang kerabat itu menjadi
indah.
Sesampainya di tujuan lalu Ra’fat mengutarakan
maksudnya. Ia berpamitan dan meminta restu. Ia katakan boleh jadi ia
tidak lagi berumur panjang sebab sakit liver akut yang diderita.
Anehnya saat mendengar berita itu dari Ra’fat, sang kerabat berkata,
“Ra’fat…, janganlah engkau bergurau. Kamu terlihat begitu sehat. Wajahmu
ceria. Sedikit pun tidak ada tanda-tanda bahwa engkau sedang sakit.”
Awalnya Ra’fat menganggap bahwa kalimat yang diucapkan kerabat tadi
hanya untuk menghibur dirinya yang sedang sedih. Namun setelah ia
mendatangi saudara dan kerabat yang lain, anehnya semuanya berpendapat
serupa.
Dua hari yang dimaksud pun tiba. Ia didampingi oleh
istri dan beberapa anaknya kembali datang ke China. Hari yang dimaksud
untuk menjalani operasi sudah disiapkan. Sebelum masuk ruang tindakan,
beberapa pemeriksaan pun dilakukan. Setelah hasil pemeriksaan itu
dipelajari maka ketua tim dokter pun bertanya keheranan kepada Ra’fat
dan keluarga:
“Aneh….! dua hari yang lalu kami dapati liver
tuan Ra’fat rusak parah dan harus dilakukan tindakan operasi. Tapi
setelah kami teliti, mengapa liver ini menjadi sempurna lagi?!”
Kalimat dokter itu membuat Ra’fat dan keluarga menjadi bahagia.
Berulangkali terdengar kalimat takbir dan tahmid di ruangan meluncur
dari mulut mereka. Mereka memuji Allah Swt yang telah menyembuhkan
Ra’fat dari penyakit dengan begitu cepat. Siapa yang percaya bahwa Allah
yang memberi penyakit, maka ia pun akan yakin bahwa hanya Dia Swt yang
mampu menyembuhkan. Jangan bersedih dan merasa hidup merana. Sadari
bahwa dalam kegetiran ada hikmah bak mutiara!
Doa si Miskin
menjadi kekuatan bagi mereka yang menderma, apalagi si Miskin yang
shaleh bertanggung jawab kepada keluarganya, jauh-jauh hari Rosulullah
SAW sudah mengabarkan hal ini.
Rasulullah SAW bersabda :
عَنْ مُصْعَبِ بْنِ سَعْدٍ، قَالَ: رَأَى سَعْدٌ -رَضِيَ اللهُ عَنْهُ-،
أَنَّ لَهُ فَضْلاً عَلَى مَنْ دُوْنَهُ، فَقَالَ النَّبِيُّ -صَلَّى اللهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ-: ((هَلْ تُنْصَرُوْنَ وَتُرْزَقُوْنَ إِلاَّ
بِضُعَفَائِكُمْ؟)).
Dari Mush'ab bin Sa'ad, beliau berkata
bahwa Sa'ad Radhiyallahu 'anhu memandang dirinya memiliki keutamaan di
atas yang lainnya. Maka Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:
"Bukankah kalian ditolong dimenangkan dan diberi rezeki melainkan dengan
SEBAB orang-orang yang lemah di antara kalian?" ( HR. Bukhari )
Diberdayakan oleh Blogger.