- Back to Home »
- ( HIKMAH ) WANITA ATHEIS YANG MASUK ISLAM DIUMUR 65 TAHUN
Rabu, 12 Maret 2014
Margaret Templeton, perempuan Skotlandia ini terlahir dari keluarga
atheis. Di rumahnya, anggota keluarga tidak pernah dibolehkan untuk
bicara tentang Tuhan. Bahkan ketika Margaret belajar tentang Tuhan di
sekolah, ia tidak boleh mengatakan apapun yang diketahuinya di
lingkungan rumah, atau ia akan mendapat hukuman.
Namun Margaret
terus mencari kebenaran atas sejumlah pertanyaan, mengapa ia ada di
dunia ini, untuk apa ia hidup di dunia dan apa yang seharusnya ia
lakukan. Hingga usianya beranjak senja, Margaret memulai pencariannya
tentang “seseorang yang disebut Tuhan”, yang sering disebut-sebut oleh
banyak orang sepanjang hidupnya. Saat itu, ia hanya mencari informasi
tentang Tuhan, bukan mencari informasi tentang agama tertentu.
“Kebenaran, sesuatu yang masuk akal untuk saya, yang membuka hati saya
dan membuat hidup saya lebih bermakna. Saya mendatangi hampir setiap
gereja di Inggris Raya, tapi tidak pernah terjadi pada saya untuk
berpikir tentang Islam,” ujar Margaret.
Saat Margaret mulai
mengenal dan tertarik dengan agama Islam, AS melakukan invasi ke Irak
dan Margaret membaca banyak hal buruk yang ditulis media massa tentang
muslim. Sebagai orang yang sudah mempelajari berbagai agama, ia yakin
apa yang dibacanya tidak benar.
“Media massa mengabarkan
kebohongan. Makanya saya mencari seorang guru yang bisa mengajarkan saya
tentang tata cara hidup berdasarkan ajaran Islam, agar saya bisa
membantah apa yang mereka katakan tentang Islam, yang sebenarnya salah,
hanya kebohongan dan datangnya dari syetan, sebutan yang lalu saya
berikan buat mereka yang menggambarkan muslim itu buruk,” papar
Margaret.
Margaret sempat memeluk agama Katolik Roma dan berusaha
mengamalkan doktrin agamanya. “Salah satu hal yang saya lakukan adalah
bersikap ramah dengan semua orang. Saya biasa tersenyum pada setiap
orang dan menyapa mereka ‘hello’, ‘apa kabar?’ dan ‘bagaimana hari Anda
hari ini?’ … seperti Yesus yang selalu menyebarkan kebahagiaan dimanapun
ia berada,” ungkap Margaret.
Tapi ia merasa sangat tidak bahagia
menjadi seorang penganut Katolik Roma. Margaret lalu meninggalkan
gereja dan tak tahu kemana harus berpaling. Ia lalu mencoba mencari
seorang guru agama Islam. Ia berdoa dan berdoa setiap hari pada Tuhan,
memohon pertolongan dan itu berlangsung selama hampir dua tahun karena
ia tak tahu apa yang harus dilakukannya dan kemana ia harus pergi.
Akhirnya seorang teman dari temannya mengenalkan Margaret pada seorang
alim ulama bernama Nur El-Din, keturunan Arab. Ulama itu mengundang
Margaret ke rumahnya dan Margaret memenuhi undangan itu. Ia juga memberi
rekomendasi sejumlah buku yang bisa dibeli Margaret dan meminta
Margaret menanyakan langsung padanya jika ada pertanyaan.
“Itulah
awal hubungan kami. Buku itu terdiri dari tujuh jilid, yang
mengomentari tentang Quran, bukunya bagus sekali,” ujar Margaret.
Ia mempelajari buku itu dari bagian depan, dimulai dengan Surah
Al-Baqarah. Lalu Margaret membaca Surah Al-Fatihah. Ketika membaca surat
itu, Margaret merasa seperti tersambar petir. “Air mata saya menetes,
deras seperti Niagara Falls. Jantung saya berdegup kencang … saya
berkeringat …. gemetaran … saya ketakutan bahwa ini adalah syaitan yang
mencoba menghentikan saya karena saya mungkin telah menemukan jalan,
karena buku ini mungkin menunjukkan saya jalan kebenaran, yang selama
ini saya cari,” tutur Margaret.
Ia lalu menelpon ustaz Nur
El-Din, yang kemudian meminta Margaret menemuinya. Di tengah musim
dingin yang menggigit, Margaret datang ke kediaman ustaz itu dengan
tubuh yang hampir membeku. Ia lalu menceritakan apa yang dialaminya saat
membaca Surah Al-Fatihah dan ustaz Nur El-Din hanya mengatakan,
“Margaret, Kamu akan menjadi seorang muslim.”
Margaret menjawab,
bahwa ia membaca buku-buku itu bukan untuk menjadi seorang muslim, tapi
agar bisa menyanggah kebohongan-kebohongan yang diceritakan tentang kaum
Muslimin. “Saya tidak mau menjadi seorang muslim,” kata Margaret ketika
itu pada ustaz Nur El-Din.
Ustaz Nur El-Din merespon, “Margaret,
Kami akan menjadi seorang muslim, karena saya harus mengatakannya pada
kamu, bahwa ada campur Illahi dalam hidupmu.”
Kala itu, Margaret
berusia 65 tahun. Ia terus belajar dengan ustaznya itu. Setelah empat
bulan belajar, ia malah tidak sabaran untuk segera mengucapkan syahadat.
Margaret bertanya apakah tidak terlalu terburu-buru baginya, karena ia
benar-benar tidak mau menjadi seorang muslim.
“Tapi saya yakin,
saya akan belajar dan Tuhan akan memaafkan saya karena tidak menghargai
karunia yang sangat besar, yang telah Dia berikan pada saya,” ujar
Margaret.
Margaret akhirnya mengucapkan dua kalimat syahadat pada
11 Februari 2003 dengan bimbingan Ustaz Nur El-Din. “Apa yang tadi saya
ucapkan?” tanya Margaret pada Ustaznya, yang kemudian menjelaskan arti
dua kalimat syahadat.
“Dan saya sekarang seorang muslim?” tanya Margaret lagi. Ustaz El-Din menjawab, “Ya, dan nama kamu sekarang adalah Maryam.”
Sejak itu, Margaret Templeton menyandang nama islami Maryam Noor. Ia masuk Islam saat usianya sudah 65 tahun.
“Saya tidak bisa bilang bahwa saya seorang muslim yang baik, karena itu
sangat, sangat sulit. Saya kehilangan semua teman-teman Katolik saya,
semua teman yang dulu saya ajak berbincang. Anak perempuan saya berpikir
saya gila! Cuma anak lelaki saya yang percaya bahwa saya telah
menemukan kebenaran, dan dia satu-satunya pada saat itu yang mungkin
menjadi seorang muslim,” tutur Margaret “Maryam” tentang pengalamannya
setelah masuk Islam.
“Hal kedua yang membuat hidup saya sangat
berat adalah, saya tinggal di negara sekuler dan bukan di negara muslim.
Dengan sepenuh hati, saya ingin menetap di sebuah negara muslim dan
hidup di tengah masyarakat muslim. Saya satu-satunya muslim di tempat
saya tinggal. Tapi Allah sangat baik, karena di tengah semua kesulitan
ini, saya bahagia, saya terus belajar,” sambungnya.
Maryam hanya
memohon pertolongan pada Allah agar tetap istiqomah dalam keislamannya.
“Ingatlah duhai Allah, yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang, bahwa saya
benar-benar hanya seorang bayi, seorang bayi berusia 65 tahun. Saya
menghadapi kesulitan dan Engkau harus menolong hamba,” doa Maryam.
“Dan inilah cara Allah menolong saya,” tandasnya.
Diberdayakan oleh Blogger.